Ada deretan film yang terinspirasi dari adanya penelitian artificial intelligence di dunia, seperti film “The Terminator” atau “Blade Runner”, kecerdasan buatan yang banyak membuat orang merasa takut. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa AI mempunyai kemungkinan untuk tidak mengikuti sistem pemrograman sehingga menunjukkan perlawanan terhadap manusia.
Bagi industri yang mempunyai nilai bisnis hingga Rp 14.400 T tahun ini, serta hampir menyentuh Rp 57.600 T tahun 2022, maka jika terdapat keraguan terkait implikasi etisnya bisa berujung pada konsekuensi yang sangat jelas, tidak tanggung-tanggung.
Apa Saja Hal Mengerikan dari AI
AI merupakan kata kunci yang sangat populer di dunia bisnis maupun di media. Hal tersebut karena AI mempunyai efek nyata untuk berbagai bidang industri. Sudah banyak sektor industri yang benar-benar bergantung pada tenaga kerja manual.
Saat investasi pada AI terus meningkat, tidak sedikit pihak merasa cemas kalau inovasi berbasis AI akan membawa dampak besar untuk kehidupan sosial dan juga pada perkembangan teknologi.
Menurut CNBC Internasional, terdapat tiga hal paling mengerikan yang bisa saja terjadi di masa depan karena adanya AI sebagaimana berikut:
1. Banyak Pengangguran
Banyak analis menyebutkan jika ketakukan karena dampak AI adalah pengangguran massal. Setiap pekerjaan menjadi otomatis, dimana tidak banyak tenaga manusia dibutuhkan.
Kekhawatiran terbesar adalah tidak punya pekerjaan, sebagaimana disebutkan oleh Alan Bundy, professor Universitas Edinburgh di sekolah Informatika.
Kelompok pendukung penelitian artificial intelligence justru menyebutkan jika teknologi dapat digunakan dalam menciptakan jenis pekerjaan baru. Insinyur akan terus dibutuhkan karena teknologi baru yang lebih canggih. Manusia perlu memakai AI supaya dapat melakukan berbagai fungsi baru pada aktivitas harian.
Menurut hasil penelitian Firma riset Gartner, mereka memprediksi jika AI dapat menciptakan sekitar 2,3 juta pekerjaan, hanya menghilangkan sekitar 1,8 juta pekerjaan. Sehingga, masih ada 500.000 pertumbuhan pekerjaan pada tahun 2020. Walaupun demikian, AI dapat menciptakan banyak PHK pada seluruh dunia.
Menurut referensi Oxford University tahun 2013, terdapat beberapa pekerjaan penting yang memungkinan untuk hilang termasuk pekerjaan teller bank, petugas pajak, dan underwriter asuransi. AI membuka peluang agar tenaga kerja terus meningkatkan kemampuan dan memperoleh pekerjaan baru. Jadi, hilangnya pekerjaan masih menjadi sebuah masalah.
2. Perang
Penggunaan AI dapat berbahaya jika digunakan untuk kebutuhan militer, seperti contoh adanya robot pembunuh. Sehingga, hasil teknologi tersebut akhirnya digunakan sebagai alat peperangan.
Elon Musk adalah salah satu tokoh yang punya perspektif terhadap AI. Bahkan, teknologi ini menurutnya dapat menjadi pemicu Perang Dunia III. Beberapa analis juga menyebutkan jika pengembangan senjata otonom itu mematikan, dan penggunaan AI untuk pengambilan keputusan militer dapat membuka peluang perang AI terus tinggi.
Peneliti AI, Frank van Harmelen dari Vrije Universteit Amsterdam menyebutkan jika sangat mungkin terjadi penggunaan AI untuk kebutuhan sistem senjata otonom, sehingga tidak terkesan seperti robot. Sistem AI tersebut diciptakan dengan menggunakan sistem komputer yang secara otomatis bisa mengeksekusi urusan hidup dan mati. Contoh, peluncuran rudal adalah bagian mengerikan dari teknologi AI.
Baru-baru ini, think-thank pertahanan Amerika Serikat yaitu Rand Corporation, menyuarakan hasil studi penggunaan AI untuk aplikasi militer adalah pemicu perang nuklir tahun 2040.
3. Dokter Robot
Manfaat AI pada dunia kesehatan sangatlah besar, karena kemampuan dalam diagnosis penyakit sejak dini. Akan tetapi, bebearpa ahli memaparkan jika salah satu kekhawatiran pada kalangan akademisi yaitu banyak orang akan bergantung pada penggunaan AI dalam menyelesaikan tugasnya.
Ketergantungan yang terjadi bisa menyebabkan adanya konsekuensi pada industri kesehatan. Kalau manusia mampu menciptakan sebuah aplikasi yang bisa memberikan diagnosis medis, seperti contoh diagnosis sakit jantung, maka bisa saja salah diagnosa, karena adanya penyakit yang lebih ganas seperti kanker tetapi dengan jenis masalah jantung langka. Sehingga, hasil diagnosis tersebut kurang tepat dan sangat fatal.
Salah satu contoh kasusnya adalah aplikasi Watson Health milik Watson pernah dilaporkan telah memberikan rekomendasi pengobatan kanker yang tidak sesuai. Aplikasi tersebut bekerja dengan cara mengatasi sebagian kecil scenario hipotesis pada data pasien.
Belum lagi, ketika pasien menggunakan aplikasi kesehatan, dan mereka telah memasukkan data informasi kesehatan, maka terdapat konsekuensi penyalahgunaan data yang mengganggu privasi pasien. Contoh, DeepMind. adalah sebuah perusahaan AI Google yang telah menandatangani kesepakatan bersama Layanan Kesehatan Nasional di Inggris tahun 2015.
Dari kesepakatan tersebut, sebanyak 1,6 juta data kesehatan pasien Inggris dapat diakses dengan tujuan meningkatkan kemampuan program untuk mendeteksi berbagai penyakit. Pada akhirnya, pengawas privasi Inggris dari Kantor Komisi Informasi menyebutkan jika kontrak kesepakatan antara NHS dan DeepMind tidak sesuai hukum perlindungan data.
Disebut-sebut jika, Royal Free Hospital London yang bekerja bersama DeepMind kurang transparan terkait penggunaan data milik pasien.
Kesimpulan
Hasil penelitian artificial intelligence dianggap membawa pengaruh yang baik pada berbagai sektor untuk memudahkan manusia dalam mencapai tujuan hidup. Hanya saja, beberapa peneliti merasa adanya potensi jika AI digunakan untuk hal-hal yang dapat memicu konflik baru, seperti kehilangan pekerjaan, peperangan, dan keberadaan dokter robot yang menggantikan tugas manusia.